TUGAS MAKALAH
ORIENTASI NILAI BUDAYA DAN BUDAYA MANUSIA
INDONESIA
Disusun oleh :
Nama :Rofi'i Shiddiq Maulana
Kelas : 1IA20
Npm : 56416659
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas limpahan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti.
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Orientasi Nilai Budaya dan Budaya
Manusia Indonesia adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Tidak
lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini,
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga
dengan hadirnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul.................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................1
Halaman Judul.................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................2
1.3
Tujuan Penulisan.........................................................3
1.4
Manfaat penulisan........................................................4
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Nilai Budaya.......................................................5
2.2 Sistem
Nilai5..................................................................6
2.3 Orientasi
Nilai Budaya...................................................7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan........................................................................8
2.2
Daftar pustaka...............................................................9
BAB I PENDAHULUAN
1.
1 Latar
Belakang
Secara sederhana IBD
adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengcrtian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah IBD
dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang
berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun istilah Humanities
itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi,
berbudaya dan halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan
seseorang ‘akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Secara demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah
nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu
yaitu The Humanities di samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain
sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic
Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities
(yang disalin ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya
(The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang
ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke
dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik,
seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities)
sebagaimana dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini
dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik
secara gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan
menggunakan masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The
Humanities). Dengan poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan
pengertian-pengertian yang berasa! dari berbagai bidang pengetahuan budaya
untuk mengembangkan wawasan pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Salah satu dasar yang
harus dikuasai mahasiswa sebelu membahas dan juga mempelajari materi tentangIBD
maka ada materi yang harus dikuasai dan juga dipahami dengan baik. Salah satu
materi tersebut adalah nilai budaya, penting diketahui karena dengan memahami
nilai budaya ini maka kita akan dapat mengerti hakekat kebudayaan dan dan juga
budaya manusia sehingga tetap dapat hidup dan membuat suatu kebudayaan baru.
1.
2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, adapun rumusan masalah yang kami angkat antara lain:
1.2.1 Apakah yang
dimaksud dengan nilai budaya?
1.2.2 Apa itu sitem
nilai budaya?
1.2.3 Bagaimana
orientasi nilai budya tersebut?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar
belakang di atas adapun tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1.3.1
Untuk mengetahui dan menjelaskan yang dimaksud dengan nilai budaya
1.3.3
Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai masyarakat kekerabatan
1.3.4 Untuk
mengetahui dan menjelaskan sistem nilai budaya
1.3.5 Untuk
mengetahui dan menjelaskan orientasi nilai budaya
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari
penulisan makalah ini antara lain:
1.4.1 Manfaat umum
Untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang nilai budaya
1.4.2 Manfaat khusus
a. Manfaat bagi
pembaca
Diharapkan dapat
dipergunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai nilai budaya
kajian ilmu budaya dasar
b. Manfaat bagi
penulis
Diharapakan dapat
dipergunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mengenai nilai
budaya kajian ilmu budaya dasar sehingga bisa dipergunakan sebagai bahan
tambahan dalam perkuliahan ilmu budaya dasar
BAB II PEMBAHASAN
2.
1 Konsep Nilai Budaya
Theodorson dalam
Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang
dijadikan pedoman serta prinsip – prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah
laku. Keterikatan orang atau kelompok terhadap nilai menurut Theodorson relatif
sangat kuat dan bahkan bersifat emosional. Oleh sebab itu, nilai dapat dilihat
sebagai tujuan kehidupan manusia itu sendiri.
Sedangkan yang
dimaksud dengan nilai budaya itu sendiri sduah dirmuskan oleh beberapa ahli
seperti :
Koentjaraningrat
Menurut
Koentjaraningrat (1987:85) lain adalah nilai budaya terdiri dari konsepsi –
konsepsi yang hidup dalam alam fikiran
sebahagian besar warga masyarakat mengenai hal – hal yang
mereka anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam suatu masyarakat
dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak. Oleh karena itu, nilai budaya
yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam menentukan alternatif, cara –
cara, alat – alat, dan tujuan – tujuan pembuatan yang tersedia.
Clyde Kluckhohn dlam
Pelly
Clyde Kluckhohn dalam
Pelly (1994) mendefinisikan nilai budaya sebagai konsepsi umum yang
terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan alam,
kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang hal – hal
yang diingini dan tidak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan orang
dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sumaatmadja dalam
Marpaung
Sementara itu
Sumaatmadja dalam Marpaung (2000) mengatakan bahwa pada perkembangan,
pengembangan, penerapan budaya dalam kehidupan,
berkembang pula nilai – nilai yang melekat di masyarakat yang mengatur
keserasian, keselarasan, serta keseimbangan. Nilai tersebut dikonsepsikan
sebagai nilai budaya.
Selanjutnya, bertitik
tolak dari pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa setiap individu dalam
melaksanakan aktifitas vsosialnya selalu berdasarkan serta berpedoman kepada
nilai – nilai atau system nilai yang ada dan hidup dalam masyarakat itu
sendiri. Artinya nilai – nilai itu sangat banyak mempengaruhi tindakan dan
perilaku manusia, baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut
Suatu nilai apabila
sudah membudaya didalam diri seseorang, maka nilai itu akan dijadikan sebagai
pedoman atau petunjuk di dalam bertingkahlaku. Hal ini dapat dilihat dalam
kehidupan sehari – hari, misalnya budaya gotong royong, budaya malas, dan lain
– lain. Jadi, secara universal, nilai itu merupakan pendorong bagi seseorang
dalam mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan
petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak
patut.
2.
2 Sistem Nilai
Tylor dalam Imran
Manan (1989;19) mengemukakan moral termasuk bagian dari kebudayaan, yaitu
standar tentang baik dan buruk, benar dan salah, yang kesemuanya dalam konsep
yang lebih besar termasuk ke dalam ‘nilai’. Hal ini di lihat dari aspek penyampaian
pendidikan yang dikatakan bahwa pendidikan mencakup penyampaian pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai.
Kedudukan nilai dalam
setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang sistem nilai budaya
dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku
suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan
sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat
yang bersangkutan.
Clyde Kluckhohn
mendefinisikan nilai sebagai ………. sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit,
menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok orang, mengenai hal-hal yang
diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat,
tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia. Orientasi nilai budaya adalah …….
Konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan
tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan
hubungan antar orang dengan lingkungan dan sesama manusia.
Sistem nilai budaya
ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat,
mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang
dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjado
pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi
kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk
norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan
dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu
masyarakat.
Kluckhohn
mengemukakan kerangka teori nilai nilai yang mencakup pilihan nilai yang
dominan yang mungkin dipakai oleh anggota-anggota suatu masyarakat dalam
memecahkan 6 masalah pokok kehidupan.
2.3 Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn
dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang
paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling
berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara
fungsional sistem nilai ini mendorong
individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam
Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia
tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan
wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem
nilai budaya suatu masyarakat
merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan
mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima masalah
pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara
universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut
adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3)
hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia
dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia
sesamanya.
Berbagai
kebudayaan mengkonsepsikan masalah
universal ini dengan berbagai variasi
yang berbeda – beda. Seperti masalah
pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak
kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu
buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha
untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana,
dan mengenyampingkan segala
tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali
(samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini
sangat mempengaruhi wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda
ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua
mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang
memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive)
semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga
yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun,
ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini
berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga
mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting
masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam
perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda
dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat
berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya
bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang
menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia.
Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan
alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima
menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak
dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan
bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar
individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian
seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian. Sebaliknya
kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan
orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini
banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan
ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan
disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang
harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam system hubungan vertical keputusan
dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam
masyarakat yang mementingkan kemandirian individual,
maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing – masing individu.
Pola orientasi nilai
budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing
– masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi
antara kedua pola yang ekstrim itu
yang dapat disebut sebagai pola transisional. Kerangka
Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi
nilai budaya manusia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skema
Kluckhohn: Lima Masalah Dasar Yang Menentukan Orientasi
Nilai Budaya Manusia
Masalah Dasar Dalam
Hidup
|
Orientasi Nilai
Budaya
|
||
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
|
Hakekat Hidup
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu sukar
tetapi harus diperjuangkan
|
Hakekat Kerja/karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan
kehormatan / prestise
|
Mempertinggi
prestise
|
Hubungan Manusia
Dengan Waktu
|
Orientasi ke masa
lalu
|
Orientasi ke masa
kini
|
Orientasi ke masa
depan
|
Hubungan Manusia
Dengan Alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai alam
|
Hubungan Manusia
Dengan Sesamanya
|
Vertikal
|
Horizontal/
kolekial
|
Individual/mandiri
|
*) Dimodifikasi dari
Pelly (1994:104)
Meskipun cara
mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal itu
sebagaimana yang tersebut diatas berbeda – beda untuk tiap masyarakat dan
kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima
hal tersebut di atas selalu ada.
Sementara itu
Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis
masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik –
titik kelemahan dari kebudayaan
Indonesia yang menghambat pembangunan
nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas
suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak
berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab.
Kerangka Kluckhohn
itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui
secara objektif cara berfikir dan bertindak suku – suku di Indonesia umumnya
yang menguntungkan dan merugikan pembangunan.
Selain itu juga,
penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk
mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok – kelompok etnik di
Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu
memiliki system orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan
pembangunan nasional.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Adapun simpulan yang
dapat kami ambil, antara lain
1
Nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan
petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak
patut.
2
Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang
hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi
juga menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang
memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai
budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara
berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku
anggota-anggota suatu masyarakat.
3
Orientasi atau focus dari nilai budqaya adalah untuk membahas dan juga
menyelesaikan 5 permasalahan dalam hidup yaitu (1) masalah hakekat hidup, (2)
hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari
hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
2.2 Daftar pustaka
[…] keduanya
akhirnya merupakan satu kesatuan. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya#Wujudhttps://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/ […]
[…]
Sumber: http://cesagung.blogspot.com/2012/04/bab-2-unsur-unsur-yang-membangun.html, http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, http://carapedia.com/pengertian_definisi_kebudayaan_menurut_para_ahli_info495.html, http://windyku.wordpress.com/2011/02/13/3-wujud-kebudayaan-menurut-dimensinya/, https://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/, http://thisisnotbyan.blogspot.com/2012/03/tugas-ibd-faktor-faktor-penyebab_4688.html#!/2012/03/tugas-ibd-faktor-faktor-penyebab_4688.html, http://zhainal99.blogspot.com/2012/03/kaitan-manusia-dengan-kebudayaan.html, http://www.ristizona.com/2010/05/isbd-kaitan-manusia-dengan-kebudayaan.html
Share this:TwitterFacebookLike this:SukaBe the first to like this. […]
[…] https://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/ […]
[…] https://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/ […]
[…] https://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai-budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/ […]
Komentar
Posting Komentar